Ditulis Oleh: Ridha Muslimah Sacha
Zahra pulang ke sekolah dengan lesu. Ia bingung, mengapa hari ini Aina banyak diam dan tidak mau bermain dengannya. Bunda menghampiri Zahra.
“Ada apa, Zahra? Kamu ada masalah?” Bunda memegang tangan Zahra.
Zahra menoleh. Kemudian, ia menceritakan masalahnya kepada Bunda.
“Coba kamu ingat-ingat lagi. Barangkali kamu tanpa sengaja bicara atau melakukan sesuatu yang membuat Aina tersinggung. “Kamu kan suka spontan dan ceplas-ceplos ngomongnya,” ujar Bunda.
Zahra menghela napas. Sepertinya, ia sudah melakukan kesalahan.
“Kalau begitu, Zahra izin ke rumah Aina ya, Bun. Zahra mau menyelesaikan masalah dengan Aina,” izin Zahra.
“Itu lebih baik. Selesaikan masalahmu dengan Aina dengan bijak, ya. Semangat. Semoga berhasil,” imbuh Bunda.
Zahra sudah sampai di rumah Aina. Ia menyampaikan maksud kedatangannya.
“Dua hari yang lalu, kamu bilang tempat pensilku jelek.
Terus kamu mengeluarkan isinya dan menggantikannya dengan tempat pensil pemberianmu yang baru. Pas pulang, tempat pensilku yang lama kamu buang ke tempat sampah. Padahal tempat pensil itu pemberian nenekku.” Aina menghela napas.
Zahra meminta maaf kepada Aina. Aina pun memaafkannya. Dari kejadian ini, Zahra akan selalu berpikir dulu sebelum bertindak dan berbicara. ***